SEJARAH INDONESIA
Kebudayaan Donson
( Bagian kecil dari sejarah suku melayu )
Kebudayaan dongson, atau akar dari sebuah kebudayaan di
indonesia adalah sebuah kebudayaan yang berkembang pada zaman perunggu di
daerah lembang song hong, negara vietnam sekitar 1000 SM sampai dengan 1 SM.
Kebudayaan ini berpusat pada evolusi kebudayaan Austronesia . Asal usulnya
sendiri telah dicar adalah bangsa Yue-tche yang merupakan orang orang barbar
yang muncul di barat daya China sekitar abad ke-8 SM. Kebudayaan Dongson secara
keseluruhan dapat dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bangsa Austronesia
yang terutama menetap di pesisir Annam, yang berkembang antara abad ke-5 hingga
abad ke-2 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini sendiri mengambil nama situs Dongson
di Tanh hoa. Pengaruh China yang berkembang pesat juga ikut memengaruhi
Kebudayaan Dongson terlebih lebih adanya ekspansi penjajahan China yang mulai
turun ke perbatasan-perbatasan Tonkin. Hal ini dilihat dari motif-motif hiasan
Dongson memberikan model benda-benda perunggu China pada masa kerajaan-kerajaan
Pendekar. Itulah sumber utama seni Dongson yang berkembang sampai penjajahan
Dinasti Han yang merebut Tonkin pada tahun 111 SM. Meski demikian , kebudayaan
Dongson kemudian memengaruhi kebudayaan Indochina selatan terutama kesenian
Cham.
Masyarakat Dongson umumnya adalah masyarakat petani dan
peternak yang handal. Mereka terampil menanam padi, memelihara kerbau dan babi,
serta memancing. Mereka agaknya menetap di pematang-pematang pesisir,
terlindung dari bahaya banjir, dalam rumah-rumah panggung besar dengan atap
yang melengkung lebar dan menjulur menaungi emperannya. Selain bertani,
masyarakat Dongson juga dikenal sebagai masyarakat pelaut, bukan hanya nelayan
tetapi juga pelaut yang melayari seluruh Laut China dan sebagian laut-laut
selatan dengan perahu yang panjang.
Dari motif-motif yang dijumpai pada nekara yang sering
disebut-sebut sebagai nekara hujan, ditampilkan dukun-dukun atau syaman-syaman
yang kadang-kadang menyamar sebagai binatang bertanduk, menunjukkan pengaruh China
atau lebih jauhnya pengaruh masyarakat kawasan stepa. Jika bentuk ini
disimbolkan sebagai perburuan, maka ada lagi simbol yang menunujukkan kegiatan
pertanian yakni matahari dan katak (simbol air). Sebenarnya, nekara ini sendiri
dikaitkan dengan siklus pertanian. Dengan mengandalkan pengaruh ghaibnya,
nekara ini ditabuh untuk menimbulkan bunyi petir yang berkaitan dengan
datangnya hujan.
Lagipula nekara-nekara tersebut sendiri didapatkan pada awal
abad ke-19 masih digunakan untuk upacara ritual keagamaan. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa pada nekara tesebut digambarkan kehidupan orang-orang Dongson
mulai perburuan, pertanian hingga kematian.
Peninggalan Benda-benda arkeologi dari Dongson sangat
beraneka ragam, karena mendapat berbagai macam pengaruh dan aliran. Hal
tersebut nampak dari artefak-artefak kehidupan sehari-hari ataupun peralatan
bersifat ritual yang sangat rumit sekali. Perunggu adalah bahan pilihan.
Benda-benda seperti kapak dengan selongsong, ujung tombak, pisau belati, mata
bajak, topangan berkaki tiga dengan bentuk yang kaya dan indah. Kemudian
gerabah dan jambangan rumah tangga, mata timbangan dan kepala pemintal benang,
perhiasan-perhiasan termasuk gelang dari tulang dan kerang, manik-manik dari
kaca dan lain-lain. Semua benda tersebut atau hampir semuanya diberi hiasan.
Bentuk geometri merupakan ciri dasar dari kesenian ini diantaranya berupa
jalinan arsir-arsir, segitiga dan spiral yang tepinya dihiasi garis-garis yang
bersinggungan.
Itulah bagian dari bangsa dongson baik dari kebudayaan ,
masyarakat dan peninggalannya. Bangsa dongson selain merupakan nenek moyang
suku melayu di indonesia juga di malaysia dan indochina serta sebagian suku
kecil di flipina